Jokowi Adalah Harapan

Pelantikan Jokowi menjadi Presiden Indonesia tanggal 20 Oktober 2014 ini nampaknya akan menjadi puncak dari segala hingar bingar politik di Indonesia selama satu tahun terakhir ini. Bila diibaratkan, sang Kapten kapal telah sah ditunjuk dan siap untuk mengarahkan Kapal Besar bernama Indonesia ini untuk berlayar hingga 5 tahun ke depan mengarungi ombak dan badai yang mungkin menghadang. Tak ada yang menyangka memang bahwa seorang Jokowi yang tidak dikenal 5 tahun lalu mampu muncul dan menggantikan SBY di periode berikutnya. Tapi ini bukan kebetulan semata.

jokowi-times-magazine

Harus diakui bangsa ini memang terbelah dua begitu tajam selama beberapa bulan terakhir dalam pemilihan Presiden kemarin.

Saya bilang tajam karena memang begitu dalamnya fanatisme dari masing-masing kubu pendukung Pilpres tersebut. Fanatisme yang sebelumnya saya hanya melihatnya pada persaingan supporter Liverpool dan Manchester United di Liga Premier Inggris.

Begitu dalamnya fanatisme tersebut sehingga masih banyak rekan saya yang kebetulan memilih Capres yang kalah kemudian menunjukkan ketidaksukaannya kepada Jokowi, mengkritik membabibuta walaupun Jokowi belum dilantik.

Fanatisme menurut beberapa sumber mempunyai pengertian sebagai berikut :

“A fanatic is one who can’t change his mind and won’t change the subject” – Winston Churchill

“Fanaticism is Redoubling your effort when you have forgotten your aim” – George Santayana 

“Fanatical not because they are ‘false’, but because they are expressed in such a way that they can never be shown to be false”Neil Postman

Dari beberapa pengertian diatas jelas memang seorang yang diliputi fanatisme yang mendalam sangat susah untuk diubah pendapatnya. Mungkin itu jugalah mengapa beberapa rekan saya menjadi fanatis karena masih “dongkol” berat capres pilihannya tidak menjadi pemenang. Hal yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Saya adalah orang yang selalu mempunyai pikiran bahwa membangun bangsa tidak bisa dilakukan dalam satu malam, dalam satu periode kepemimpinan. Membangun bangsa adalah sama dengan membangun sistem. Amerika perlu ratusan tahun untuk membangun sistem negaranya dan belum sempurna hingga sekarang. Eropa bahkan perlu waktu lebih lama lagi.

Ketika saya memutuskan memilih salah satu Capres pada Pilpres lalu, hal yang ada pada pikiran saya adalah Saya memilih untuk Harapan masa depan bangsa ini, untuk masa depan anak cucu saya. Harapan untuk ikut membantu membangun sistem yang lebih baik. Terlepas dari capres pilihan saya menang atau tidak. Karena itu sudah seharusnyalah Capres yang menang ketika sudah dilantik menjadi Presiden didukung penuh. Jadi walaupun Capres yang didukung kalah tidak seharusnya berhenti ditempat dan terus mendukung Capres yang kalah tersebut.

Untuk saya Jokowi adalah Harapan.

Harapan untuk membawa bangsa ini keluar dari pikiran-pikiran sempit yang ada selama ini.
Harapan untuk membawa keadilan menjadi Raja di negeri ini.
Harapan untuk membawa kesejahteraan untuk seluruh Rakyat di negeri ini.

Selamat bertugas Presiden Joko Widodo, semoga selalu diberikan kesehatan dan mampu menjalankan tugas hingga masa jabatan berakhir nanti.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *