“Logat kalau menurut Wikipedia (sorry saya nggak punya kamus besar bahasa Indonesia) mempunyai arti cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas, yang dimiliki oleh masing-masing orang sesuai dengan asal daerah ataupun suku bangsa. Logat dapat mengidentifikasi lokasi dimana pembicara berada, status sosial-ekonomi, dan lain lainnya.”
“Bapak bukan dari sini ya ?” , pertanyaan itu sering saya dapatkan selama kurang lebih 2 tahun tinggal di Jember Jawa Timur. “Ya Pak saya dari Jakarta”, jawab saya. “Oh ya pantas, bicaranya beda”‘, kata penanya saya.
Pada awal ditanya pertanyaan seperti itu terus terang saya sedikit bingung, bicara saya beda ? apanya yang beda ? Apa karena saya tidak bicara bahasa jawa atau madura? Kalau perihal itu saya akui saya memang tidak bisa bahasa jawa atau madura, tapi rekan kerja yang saya temui sehari-hari disini juga tidak selalu bicara bahasa jawa kok, malah lebih banyak bahasa Indonesia … jadi apa dunk yang salah dengan bicara saya .. usut-punya usut setelah saya tanya ternyata menurut mereka logat bicara saya nggak sama dengan logat bicara warga lokal di Jember. Warga disini bicara dengan logat jawa yang kadang bercampur Madura.
Sebelum-sebelumnya saya terus terang nggak begitu perduli dengan masalah logat ini, karena saya sendiri juga tidak merasa mempunyai logat dalam berbicara. Saya merasa kalau gaya saya bicara ya lurus-lurus aja, seperti kebanyakan orang di Jakarta. Nggak pakai bengkok-bengkok kanan kiri. Tapi ternyata gaya bicara saya yang saya anggap lurus-lurus saja itu sudah termasuk logat yang beda, dan kenalah saya dibilang logatnya aneh oleh warga lokal di Jember .. hehehe….
Dari situ saya berpikir, ternyata memang kita beragam ya, sesuatu yang dianggap biasa di suatu daerah bisa menjadi hal yang luar biasa di daerah lain. Logat bicara saya yang saya anggap nggak punya logat ternyata dianggap berlogat oleh orang yang tidak biasa dengan logat yang saya pakai sehari-hari …. hihihi.. seruu…
Masih terkait dengan logat ini setelah dua tahun di Jember lucunya saya dan keluarga akhirnya sedikit demi sedikit mulai tertulari oleh logat bicara warga di Jember yang bercampur antara Jawa dan Madura. Saya kalau bicara sekarang sudah mulai rada bengkok-bengkok kiri kanan ngikut ke logat disini. Yang lebih parah anak saya yang sekolah di SD, karena masih polos dan sehari-hari bergaul dengan temannya di sekolah, gaya bicaranya sudah lebih parah dari saya soal bengkok-bengkoknya .. hahaha…. ampuuun deje… :p
Kalau sudah gini, akhirnya saya cuma bisa ngikutin Akang Sting dalam lagunya Englishman In Newyork, cuma kali ini saya sesuaikan dengan kondisi saya disini.
Ooooo….I’m an alien I’m a legal alien, I’m a Jakartaman in Jember
Ooooo….I’m an alien I’m a legal alien, I’m a Jakartaman in Jember